Dokumentasi pcmgamping.id
Hari ini 59 tahun yang lalu, tepatnya Jum’at 1 Oktober 1965, pada waktu berita pukul 7.15 RRI Jakarta menyiarkan pengumuman “Gerakan 30 September”. Pengumuman itu ditujukan kepada jenderal-jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan coup kepada pemerintah. Kemudian siaran itu diulang pada pukul 08.15.
Siang harinya pukul 13.00 kembali disiarkan sebuah dekrit pembentukan Dewan Revolusi dengan mengumumkan sederetan nama orang-orang penting di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung dan wakil-wakilnya: Brigadir Jenderal Supardjo, Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Sunardi, dan Komisaris Besar Polisi Anwas.
Peserta kursus sudah berdatangan ke Universitas Muhammadiyah Jalan Limau Kebayoran Baru, seolah-olah tidak terjadi apapa-apa. Mereka memenuhi aula menunggu kedatangan pemateri yang mengisi malam itu, yaitu Mayor Jenderal Soetjipto, S.H.
Kemudian panitia mengumumkan kepada peserta bahwa kursus diskors, karena Pimpinan akan sidang sebentar. Pimpinan yang ada pada waktu itu adalah H.S. Prodjokusumo, Drs. Lukman Harun, Sutrisno Muhdam, H. Soejitno, Drs. Haiban HS, Sumarsono, Imam Sam’ani, Jalal Sayuthi, dan Drs. H. Muhammad Suwardi. Mereka mengadakan sidang darurat dan kilat di ruang rektor UMJ, hanya diterangi lilin, karena semua aliran listrik putus.
Setelah semua kumpul di ruang Rektor, Drs. Lukman Harun memberikan informasi kepada yang hadir, yang isinya:
Apa yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September” yang telah membentuk Dewan Revolusi serta mendemisionerkan kabinet Dwikora sebenarnya adalah suatu perebutan kekuasaan.
Menurut informasi, yang mendalangi perebutan kekuasaan tersebut adalah PKI/DN Aidit. Negara dalam keadaan bahaya. Presiden dan beberapa perwira tinggi hilang belum ada kabar beritanya. Terjadi penculikan terhadap beberapa orang Jenderal Pimpinan Angkatan Darat.
Perlu disampaikan kepada seluruh Pimpinan dan Anggota Pemuda Muhammadiyah untuk siap dan waspada menghadapi segala kemungkinan.
Pada waktu itu Letnan Kolonel S. Prodjokusumo sebagai Kepala Piket di HANKAM telah mendapat breefing di HANKAM seputar masalah G30S/PKI pada hari Jum’at 1 Oktober 1965.
Berdasarkan informasi tersebut maka diambil keputusan atas usul Letnan Kolonel S. Prodjokusumo untuk perlunya dibentuk Komando Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Muhammadiyah dan kemudian forum mengangkat Letnan Kolonel S. Prodjokusumo menjadi komandannya dan UMJ di Jalan Limau sebagai markasnya.
Setelah kebijaksanaan tersebut diambil, pimpinan kembali ke Aula dan peserta kursus diminta berkumpul ke Aula. Skors dicabut. Letnan Kolonel S. Prodjokusumo yang telah diangkat sebagai komandan menyampaikan penjelasan kepada peserta kursus, bahwa pemateri malam ini Mayor Jenderal Soetjipto, S.H. tidak bisa hadir karena negara dalam keadaan darurat.
Kemudian menyampaikan informasi-informasi, dan disambut dengan suara bulat oleh peserta kursus untuk membentuk “Kesatuan Perjuangan di dalam Muhammadiyah Jakarta Raya” dengan nama “Komando Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Muhammadiyah” yang disingkat KOKAM. Tepat jam 21.30 tanggal 1 Oktober 1965 diproklamirkan berdirinya KOKAM. (*)
Ditulis ulang: Nur Cahyo Supriyantoro alias Toro (Anggota Bidang Kokam PDPM Sleman)
Sumber: sangpencerah.id
No Responses