Arif Jamali Muis, Sekretaris PWM DIY, menyampaikan materi dalam Baitul Arqam #1 PCM dan PCA Gamping, Ahad (15/9).
KALIURANG – Sekretaris PWM DIY, Arif Jamali Muis, M.Pd., mengajak seluruh lapisan Muhammadiyah untuk menginternalisasi dan menginstitusionalkan Risalah Islam Berkemajuan (RIB) yang diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Jateng.
“Memasukkan itu pada diri kita masing-masing, untuk memotivasi dan mewujudkan dalam sikap keseharian. Kemudian menjadikan RIB sebagai program organisasi, melembaga, sehingga ada kegiatan konkrit,” paparnya.
Penegasan itu disampaikan dalam sesi terakhir Baitul Arqam #1 PCM dan PCA Gamping di Hotel Kana, Kawasan Wisata Kaliurang, Sleman, Ahad (15/9). BA #1 berlangsung sejak Sabtu (14/9) diikuti 100-an peserta.
Selain materi ibadah praktis, kultum, tadarus, dan outbond, disampaikan beberapa materi dengan menghadirkan narasumber. Ketua PDM Sleman, H. Harjaka, S.Pd., S.Ag., M.A., menyampaikan materi Hakikat Islam: Peran Tauhid dalam Kehidupan. Kemudian materi Revitaliasi Ideologi Muhammadiyah oleh Hasanudin Salimi, S.Pd., M.Pd.
Dua materi klasikal pada hari kedua adalah Tuntunan Ibadah Praktis sesuai HPT oleh Endi Prasetyo, S.Th.I., M.H., dan Risalah Islam Berkemajuan bersama Arif Jamali Muis, M.Pd., serta Risalah Perempuan Berkemajuan disampaikan Hj. Sri Sumiyarsih, M.Pd.I.
“Ketika ada lima orang ‘Asyiyah berkumpul maka hasilnya adalah mendirikan TK ABA,” kata Arif Jamali mencontohkan praktik Berkemajuan yang sudah menginternalisasi dan menginstitusi dalam diri warga persyarikan.
Di era K.H. Ahmas Dahlan, pengajian yang disampaikan tidak pernah meninggalkan praktik nyata. Contoh masyhur adalah ketika Kiai Dahlan selalu mengulang-ulang penjelasan tentang Surat Al Ma’un yang “hanya 7 (tujuh) ayat”.
Ketika salah santri bernama Sudja’ menanyakan “Mengapa materi pengajian tidak ditambah dan hanya mengulang-ulang surat Al-Ma’un saja?”, jawaban Kiai Dahlan adalah “Apakah kalian sudah benar-benar mengerti akan maksud Surat Al Ma’un?” Para murid serentak menjawab bahwa mereka tidak hanya paham, bahkan sudah hafal.
Kemudian Kiai Dahlan bertanya kepada muridnya, apakah ayat-ayat yang sudah dihafal tersebut sudah diamalkan? Para murid menjawab dengan bertanya: “Apa yang harus diamalkan, bukankah surat Al-Ma’un sering dibaca ketika shalat?”
Internalisasi dan institusionalisasi dari kajian Surat Al Ma’un adalah lahirnya rumah sakit PKU Muhammadiyah yang sekarang ada dimana dan siap melayani masyarakat umum. “Itu yang dilakukan para pendahulu Muhammadiyah. Nah, jangan-jangan kita baru bisa melanjutkan, bukan membuat sesuatu yang baru,” tegas Arif Jamali memotivasi.
Ia menceritakan salah satu program di PWM DIY, yaitu TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) Inklusi Ibnu Ummi Maktum Masjid Haiban Hadjid sejak Februari 2024. Sasaran program ini adalah para penyandang difabilitas. “Mereka juga berhak masuk surga, sehingga harus mendapatkan pengetahuan agama yang sama dengan lainnya,” jelasnya.
PCM Gamping, tambah Arif Jamali, seharusnya mampu membuat program-program kreatif untuk menerjemahkan Risalah Islam Berkemajuan dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Ditulis: Heru Prasetya
No Responses